Rabu, 25 Februari 2015

Pendapatan Nasional Dalam Ekonomi Indonesia

PENDAPATAN NASIONAL DALAM EKONOMI INDONESIA

KELAS KOMUNIKASI A
HOME GROUP 01

Aisha Nabila,                          1006694675
Alvin Agustino Saputra,         1006664804
Amalia Ayuningtyas,              1006762333
Dave Ependi,                          1006694813
Felicia Olivia,                          1006694946
Langitantyo Tri Gezar,            1006695085
Lenny,                                     1006695103

Makalah Tugas
untuk
Mata Kuliah Ekonomika dan Pembangunan Sosial

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS INDONESIA


ABSTRAK

National income (pendapatan nasional) adalah salah satu aspek untuk menentukan tingkat perekonomian suatu negara. Pendapatan nasional baru dapat dihitung setelah diketahui nilai dari unsur-unsur ekonomi negara lainnya, antara lain GDP (Gross Domestic Product). Selain itu, dalam penghitungan pendapatan nasional, dapat digunakan beberapa pendekatan. Yaitu pendekatan produksi, pendapatan, dan pengeluaran. Dalam tulisan ini akan dijelaskan analisis pendekatan penghitungan pendapatan nasional yang diterapkan Indonesia. Kemudian dari tingkat pendapatan nasional, lalu membaginya dengan jumlah penduduk, maka akan ditemukan tingkat pendapatan per kapita (income per capita) negara tersebut. Selain itu juga perlu dibahas mengenai distribusi pendapatan nasional di Indonesia pada provinsi-provinsi yang ada. Maka tulisan ini akan menyertakan data-data yang relevan serta analisisnya yang disesuaikan dengan teori dan realitas.

BAB I
PENDAHULUAN

Pendapatan nasional sangat erat hubungannya dengan ekonomi makro atau ekonomi negara. Tingkat pendapatan nasional sangat menentukan seberapa kuat perekonomian negara tersebut untuk dapat menyejahterakan rakyatnya dan bersaing di kancah ekonomi internasional. Lalu pertanyaan yang muncul adalah: Apa itu pendapatan nasional? Bagaimana cara menentukannya? Kemudian bagaimana dengan tingkat pendapatan nasional dan keadaan ekonomi negara Indonesia sendiri?

Makalah ini dibuat atas latar belakang perlunya pemahaman mengenai ekonomi makro, atau pendapatan nasional pada khususnya, oleh para mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Para mahasiswa selanjutnya dapat menggunakan pemahaman tersebut untuk melakukan analisis dan kritisi terhadap realita sosial-ekonomi yang ada. Dan masalah yang ada di negeri ini adalah rendahnya tingkat pendapatan nasional, sehingga keadaan ekonomi Indonesia dan penduduknya belum baik, yang kemudian berimbas pada masalah-masalah sosial lainnya. 

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendalami pemahaman tersebut dengan pembahasan teoritis dan realistis. Maka akan disertakan data-data relevan mengenai pendapatan nasional Indonesia dan teori konsep-konsep pendapatan nasional yang sudah ada. Selain itu, makalah ini juga ditulis untuk memenuhi tugas kelompok dalam perkuliahan.

Selain penyertaan data dan teori, juga disertakan analisis pendekatan penghitungan pendapatan nasional Indonesia, pendapatan per kapita penduduk Indonesia, serta distribusi pendapatan nasional di Indonesia. Penulisan dilakukan secara deskriptif melalui data kuantitatif dan analisis berdasarkan teori terkait.

BAB II
ISI

1. METODE PENGHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

A. Pengertian Pendapatan Nasional (National Income)
Pendapatan Nasional adalah sejumlah pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu.

B. Penghitungan Pendapatan Nasional
Metode penghitungan pendapatan nasional secara teori dapat dihitung dengan menggunakan tiga buah pendekatan, yaitu Pendekatan Produksi (Production Approach), Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach), dan Pendekatan Pendapatan (Income Approach). Masing-masing metode pendekatan melihat pendapatan nasional dari sudut pandang yang berbeda, tetapi hasilnya saling melengkapi.

1.      Pendekatan Produksi (Production Approach) 
Dengan pendekatan ini, besarnya pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlahkan nilai produksi barang dan jasa akhir yang dihasilkan dari seluruh sektor ekonomi masyarakat dalam periode tertentu. Pendekatan ini juga menggunakan pendekatan nilai tambah (value added).


Rumus Pendekatan Produksi:   Y= (Q1 . P1) + (Q2 . P2) +……(Qn . Pn)
Komponen Pendekatan Produksi:
Y/ Yield           = pendapatan nasional
Q1, Q2            = jenis dan jumlah produk ke-1, 2, dst.
P1, P2             = harga produk ke-1, 2, dst.
Qn                   = jenis dan jumlah barang berikutnya
Pn                    = harga produk berikutnya

Contoh penghitungan pendekatan produksi dengan pendekatan nilai tambah:
Tabel 1.1  Pendekatan Nilai Tambah dalam Produksi Perabotan Rumah Tangga
No
Jenis Kegiatan / Produksi
Nilai Penjualan
Nilai Tambah


(ribuan rupiah)        (ribuan rupiah)
1.
Mengambil kayu hutan
50
50
2.
Menggergaji papan
200
150
3.
Membuat  perabot
600
400
4.
Menjual perabot ke toko
800
200
Jumlah nilai penjualan dan nilai tambah
1.650
800

Sumber: Sadono Sukirno dalam buku Teori Makro Ekonomi, 2006

Dengan demikian, jumlah nilai tambah yang diwujudkan oleh keempat kegiatan itu adalah Rp 800.000. Pengeluaran konsumen untuk membeli perabot ini berarti Rp 800.000.

Pendapatan nasional menurut pendekatan produksi terdiri dari 11 sektor ekonomi (lapangan usaha) di Indonesia yang dikelompokkan menjadi:
-      Sektor primer: pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, dan tambang.
-      Sektor sekunder: industri pengolahan, listrik, gas, air, dan bangunan.
-    Sektor tersier: perdagangan, hotel, restoran, transportasi, telekomunikasi, keuangan (perbankan), sewa, jasa perusahaan, pemerintahan, dan pertahanan.

2.      Pendekatan Pengeluaran ( Expenditure Approach) 
Dengan pendekatan ini, besarnya pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara selama satu periode tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu rumah tangga (Consumption), pemerintah (Government), pengeluaran investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor dikurangi impor (XM) atau Ekspor Neto.

Rumus Pendekatan Pengeluaran:    Y = C + I + G + ( X – M)
Komponen Pendekatan Pengeluaran:
Y/ Yield           = Pendapatan nasional
C                     = Consumption/ konsumsi oleh rumah tangga konsumsi
I                       = Investment/ investasi oleh rumah tangga produksi
G                     = Government Expenditure/ pengeluaran pemerintah
X dan M          = Export and import/ ekspor dan impor

Contoh penghitungan pendekatan pengeluaran:
Data di bawah ini adalah komponen-komponen pendapatan nasional di suatu negara pada tahun 2009 dalam triliun (T) rupiah.
1.      Upah dan gaji          13,0        6. Konsumsi Rumah Tangga   161,8
2.      Impor                        2,5         7.   Belanja pemerintah             44,5
3.      Laba perusahaan    10,5         8.   Depresiasi                              7,5
4.      Sewa                       11,5         9.   Modal swasta                       15,1
5.      Ekspor                      4,0       10.   Investasi                               60,4

Pendekatan Pengeluaran:  Y= C + I + G + (X – M)
Y = 161, 8 + 60, 4 + 44, 5 + (4 – 2,5) T
   = 161, 8 + 60, 4 + 44, 5 + 1,5 T
   = 268,2 T

3.      Pendekatan Pendapatan ( Income Approach) 
Dengan pendekatan ini, besarnya pendapatan nasional dapat dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan atau penerimaan yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi yang digunakan untuk mewujudkan pendapatan nasional.

Rumus Pendekatan Pendapatan:    Y= W + R + i + P
Komponen Pendekatan pendapatan:
            Y/Yield            = Pendapatan nasional
            W                    = Wage/ upah atau gaji dari faktor produksi tenaga kerja
            R                     = Rent/ sewa dari faktor produksi alam
            i                       = Interest/ bunga modal dari faktor produksi modal
            P                      = Profit/ laba dari faktor produksi skill atau kewirausahaan 

Sampai sekarang, Indonesia belum menggunakan cara ini untuk menghitung pendapatan nasionalnya. Salah satu negara yang menggunakan pendekatan ini adalah Amerika Serikat.

Contoh penghitungan pendekatan pendapatan:
 Tabel 1.2  Pendapatan Nasional Amerika Serikat 2007 (milyar dolar AS)
No
Jenis Kegiatan
Nilai (milyar)
Persentasi
1.
Ganjaran untuk pekerja
4.703
70,7
 2.
Pendapatan usaha perorangan
545
8,2
 3.
Pendapatan dari sewa
148
2,2
4.
Laba perusahaan perseroan
804
12,1
 5.
Bunga bersih neto
450
6,8
Pendapatan Nasional
6.650
100

Sumber: Sadono Sukirno dalam buku Teori Makro Ekonomi, 2006

Dengan demikian, pendapatan nasional Amerika Serikat pada tahun tersebut adalah US$ 6.650 milyar lebih rendah dari PDBnya US$ 8.804 milyar pada tahun sama karena depresiasi, pajak tidak langsung, dan pendapatan neto luar tidak termasuk lagi.

C. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pendekatan Pendapatan Nasional
1. Pendekatan Produksi (Production Approach)
Kelebihan pendekatan ini adalah kita dapat melihat sumbangan berbagai sektor ekonomi atau lapangan usaha dalam mewujudkan pendapatan nasional dan tingkat kegiatan ekonomi negara yang dicapai dengan nilai output yang dihasilkan. Kekurangan pendekatan ini adalah kadang-kadang sangat sulit untuk menentukan harga barang-barang dan adanya depresiasi atau penyusutan kualitas barang. Sebagai contoh, walaupun dengan mudah dapat dihitung jumlah produksi karet, tetapi sulit sekali untuk menentukan nilai produksinya dalam pendapatan nasional karena harga barang terus berubah.

2. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)
Kelebihan pendekatan ini adalah kita dapat mengetahui secara jelas komposisi dari perbelanjaan agregat yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi dan dapat digunakan sebagai landasan untuk mengambil langkah-langkah dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi. Kekurangan pendekatan ini adalah dalam praktiknya, timbul kesulitan dalam menentukan apakah suatu barang itu barang jadi atau setengah jadi sehingga menimbulkan masalah penghitungan ganda atau dua kali (double counting).

3. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
Kelebihan pendekatan ini adalah dapat memberikan gambaran tingkat atau taraf kemakmuran masyarakat dan perubahannya dilihat dari pendapatannya. Kekurangan pendekatan ini adalah tidak adanya penghitungan pendapatan perusahaan milik perseorangan atau keluarga dalam empat komponen pendapatan dalam pendekatan ini.

D. Metode Pendekatan Pendapatan Nasional di Indonesia
Selama ini, setelah dianalisis lebih jauh Indonesia menggunakan dua metode pendekatan untuk menghitung pendapatan nasionalnya, yaitu pendekatan produksi dan pendekatan pengeluaran. Sedangkan, untuk menghitung pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan masih belum digunakan oleh Indonesia. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengelolaan dan pendistribusian pendapatan yang merata ke seluruh masyarakat yang ada di Indonesia sehingga masih terjadi ketimpangan ekonomi di dalam masyarakatnya.

2. DATA DAN ANALISIS PENDAPATAN DOMESTIK BRUTO (GDP) INDONESIA
Harga konstan membuat perhitungan terwakili, sehingga efek inflasi tidak diperhitungkan. Nilai dari setiap periode waktu ditampilkan dalam lingkup harga-harga pada saat bebeapa periode dasar.

Perhitungan dari harga berlaku menunjukkan data, di mana nilai tiap barang ditampilkan dalam lingkup harga-harga periode itu juga.

Kemudian dari tabel-tabel di atas, kita dapat melihat posisi GDP Indonesia. Indonesia memang mengalami peningkatan nilai GDP dari tahun ke tahun, namun bila dibandingkan dengan negara maju, maka Indonesia masih jauh tertinggal. Untuk itu, sangat perlu dilaksanakan program-program ekonomi yang diharap mampu mendongkrak posisi GDP Indonesia secara signifikan.

3.      INCOME PER CAPITA / PENDAPATAN PER KAPITA
A.    Konsep Pendapatan Nasional yang Terkait dengan Pendapatan Per Kapita
-          Gross Domestic Product (GDP) / Produk Domestik Bruto (PDB)
Seluruh barang dan jasa yang dihasilkan warga negara (termasuk asing) yang berada di wilayah negara selama satu tahun.
-          Gross National Product (GNP) / Produk Nasional Bruto (PNB)
Seluruh barang dan jasa yang dihasilkan warga negara (tidak termasuk asing), ditambah warga negara tersebut yang berada di luar negeri selama satu tahun.
GNP = GDP – NFIFA
* NFIFA: Nett Factor Income From Abroad / Netto faktor luar negeri
-     Nett National Product (NNP)
            NNP = GNP – (Depreciation + Replacement)
* Depreciation: penyusutan, Replacement: penggantian barang modal
-     Nett National Income (NNI)
            NNI = NNP – Indirect Tax (pajak tidak langsung)
-          Personal Income (PI)
PI = NNI + Transfer Payment – (Social Security Payment + Assurance + Undistributed Profit + Corporate Taxes)
-          Disposible Income (DI)
DI = PI – Direct Tax (pajak langsung)

B. Menghitung Pendapatan Per Kapita
Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada periode tertentu. Konsep pendapatan per kapita/ Income Per Capita (IPC) digunakan sebagai alat ukur tingkat kemakmuran suatu negara pada periode tertentu. IPC = GNP/Q

IPC:   Income Per Capita
GNP: Gross National Product
Q:       Jumlah Penduduk
C.    Data Pendapatan Per Kapita Indonesia
Data World Bank


1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
Indonesia
GNI per capita, PPP (current international $)
1,270.00
1,410.00
1,420.00
1,560.00
1,850.00
2,020.00
2,200.00
2,380.00
2,490.00
2,100.00
Indonesia
Population, total (in millions)
174.5
177.4
180.3
183.1
185.9
188.7
191.5
194.3
197
199.8
Indonesia
GDP (current US$) (in millions)
101,455.20
114,426.50
128,168.00
139,116.30
158,006.80
176,892.10
202,132.00
227,369.70
215,748.90
95,445.50
Indonesia
GDP growth (annual %)
9.1
9
8.9
7.2
7.3
7.5
8.4
7.6
4.7
-13.1
Tabel 3.1. Data Perekonomian Indonesia 1989-2008 Versi World Bank

1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2,070.00
2,160.00
2,220.00
2,300.00
2,650.00
2,850.00
3,060.00
3,310.00
3,590.00
3,860.00
202.5
205.3
208.1
210.9
213.7
216.4
219.2
222
224.7
227.3
140,001.40
165,021.00
160,446.90
195,660.60
234,772.50
256,836.90
285,868.70
364,570.40
432,216.70
510,503.90
0.8
4.9
3.6
4.5
4.8
5
5.7
5.5
6.3
6
Tabel 3.2. Posisi Pendapatan Per Kapita Indonesia Tahun 2009            

Dari data di atas, dapat dilihat perbedaan tingkat pendapatan per kapita Indonesia menurut kedua lembaga tersebut, disebabkan perbedaan metode dan penggunaan variabel.

Menurut World Bank, batas untuk menyatakan negara msikin adalah dengan pendapatan per kapita minimum $ 2.00/orang/hari. Namun berdasarkan data di atas, Indonesia masih berada di bawah batas tersebut. Maka Indonesia dapat dinyatakan sebagai negara miskin atau lower-middle income country.

4. DISTRIBUSI PENDAPATAN NASIONAL DI INDONESIA
A. Distribusi Pendapatan Nasional yang Diterima Provinsi Terkaya
Berdasarkan data yang dihimpun dari BPS edisi Agustus 2010, Kota Bontang di Kalimantan Timur pada 2009 membukukan PDB per kapita tertinggi.

1. Kota Bontang, Kaltim
PDB per kapita Kota Bontang tercatat sebesar Rp 368,05 juta. Bontang yang terletak sekitar 120 kilometer dari Samarinda itu berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Timur di utara dan barat, Kabupaten Kutai Kartanegara di selatan, dan Selat Makassar di timur. Kaltim merupakan propinsi yang memberikan gaji atau upah tertinggi kedua secara nasional kepada karyawan atau buruh, yakni Rp 2,15 juta per bulan.

Sejumlah perusahaan besar beroperasi di kota ini, di antaranya Badak NGL (gas alam), Pupuk Kalimantan Timur (pupuk dan amoniak), dan Indominco Mandiri (batu bara). Bontang juga memiliki kawasan industri petrokimia dan merupakan kota yang berorientasi di bidang industri, jasa serta perdagangan.

2. Kabupaten Mimika, Papua
Kabupaten Mimika di Papua selama 2009 membukukan PDB per kapita Rp 295,05 juta. Di Kabupaten Mimika yang beribukota Timika itu beroperasi salah satu tambang emas terbesar dunia, PT Freeport Indonesia. Gaji atau upah rata-rata yang diterima pegawai atau buruh di Papua juga tertinggi di Indonesia, yakni Rp 2,16 juta per bulan.

Berdasarkan data Hasil Audit Badan Pemeriksa Keuangan terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat 2009, Kabupaten Mimika mencatat dana bagi hasil Rp 424,33 miliar. Namun, perolehan dana bagi hasil itu masih lebih rendah dibanding Bontang yang mencapai Rp 476,83 miliar.

3. Jakarta Pusat, DKI Jakarta
PDB per kapita tertinggi ketiga adalah Jakarta Pusat yang mencapai Rp 224,41 juta. Sebagai daerah pusat ibukota pemerintahan, Jakarta Pusat diuntungkan dengan berkembangnya transaksi bisnis dan jasa. Upah atau gaji rata-rata yang diterima pegawai, pekerja atau buruh di Jakarta, tergolong tinggi, yakni Rp 1,92 juta per bulan.

4. Kota Kediri, Jawa Timur
Sementara itu, Kota Kediri di Jawa Timur mencatatkan PDB per kapita Rp 202,33 juta, atau menempati urutan keempat terbesar. Di kota kretek itu beroperasi pabrik rokok besar, PT Gudang Garam Tbk yang tahun lalu mencatatkan pendapatan Rp 32,97 triliun.

5. Kabupaten Siak, Riau
Di urutan berikutnya, Kabupaten Siak di Riau membukukan PDB per kapita Rp 156,35 juta. Tidak ada perusahaan yang menonjol di daerah tersebut, meski potensi unggulan daerah ini adalah sektor pertambangan minyak bumi. Kabupaten Siak juga memiliki potensi strategis mengingat daerahnya berada di wilayah segi tiga pertumbuhan ekonomi "Sijori" Singapura-Johor-Riau dan IMG-GT (Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle).

Dengan jarak hanya 150 kilometer dari Singapura, Siak diuntungkan sebagai persinggahan alternatif bagi kapal pedagang di Selat Malaka dan bahkan berpotensi besar menjadi relokasi industri dan layanan perdagangan internasional.

Namun, untuk dana bagi hasil, Siak menempati peringkat keempat terbesar atau mencapai Rp 993,2 miliar. Penerimaan dana bagi hasil Kabupaten Siak ini hanya kalah dari Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur sebesar Rp 2,56 triliun, Bengkalis (Riau) Rp 1,51 triliun, dan Kutai Timur (Kaltim) Rp 1,05 triliun.

6. Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat
Kabupaten lainnya yang mampu membukukan PDB di atas Rp 100 juta adalah Kabupaten Sumbawa Barat di Nusa Tenggara Barat (NTB). PDB per kapita kabupaten yang di daerahnya beroperasi perusahaan tambang besar, PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) itu mencapai Rp 128,26 juta.(*)

  1. Distribusi Pendapatan Nasional yang Diterima Provinsi Termiskin
10 Propinsi Paling Miskin di Indonesia
Yang dimaksud dengan penduduk miskin adalah mereka yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Angka garis kemiskinan pada Maret 2010 adalah Rp211.726,- per kapita per bulan.

Jika membandingkan antar daerah, BPS mencatat sejumlah wilayah masih menghadapi persoalan kemiskinan yang tinggi. Bahkan, angka kemiskinan yang tertinggi itu justru terjadi di wilayah dengan kekayaan sumber alam melimpah, seperti Papua dan Papua Barat. Prosentase angka kemiskinannya mencapai 34-36 persen, jauh lebih besar dibandingkan rata-rata nasional sebesar 13,33 persen.

Selain Papua, propinsi lain yang memiliki prosentase penduduk miskin tinggi adalah Maluku, Nusa Tenggara, Aceh, Bangka Belitung dan lainnya. Jumlah penduduk di propinsi-propinsi tersebut yang memang tidak sebanyak di Jawa, tetapi secara prosentase dibandingkan total penduduk di wilayah tersebut, kelompok orang miskinnya sangat tinggi.

10 Propinsi dengan Angka Kemiskinan Tertinggi (%)
No
Propinsi
Angka Kemiskinan
1
Papua Barat
36,80
2
Papua
34,88
3
Maluku
27,74
4
Sulawesi Barat
23,19
5
Nusa Tenggara Timur
23,03
6
Nusa Tenggara Barat
21,55
7
Aceh
20,98
8
Bangka Belitung
18,94
9
Gorontalo
18,70
10
Sumatera Selatan
18,30

Tabel 3.3. Sumber: Sensus Nasional BPS 2010

Menurut pendekatan ini, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan (GK).

Secara teknis GK dibangun dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). GKM merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilo kalori per kapita per hari; sedangkan GKNM merupakan kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan.

Pengurangan kemiskinan sepanjang periode Maret 2009-Maret 2010 menjadi salah satu acuan bagaimana strategi yang bisa diterapkan. Pada periode itu angka kemiskinan berkurang 1,51 juta orang, menurut catatan BPS, terjadi karena sejumlah hal.

Pertama, inflasi umum relatif rendah, yaitu sebesar 3,43 persen.

Kedua, rata-rata upah harian buruh tani dan buruh bangunan masing-masing naik sebesar 3,27 persen dan 3,86 persen selama periode Maret 2009-Maret 2010.

Ketiga, produksi padi tahun 2010 (hasil Angka Ramalan II) mencapai 65,15 juta ton gabah kering giling (GKG), naik sekitar 1,17 persen dari produksi padi tahun 2009 yang sebesar 64,40 juta ton GKG. 

Keempat, sebagian besar penduduk miskin (64,65 persen pada 2009) bekerja di sektor pertanian. Nilai Tukar Petani naik 2,45 persen dari 98,78 pada Maret 2009 menjadi 101,20 pada Maret 2010.

Kelima, perekonomian Indonesia pada triwulan I 2010 tumbuh sebesar 5,7 persen terhadap Triwulan I 2009, sedangkan pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat sebesar 3,9 persen pada periode yang sama.

C. Penyebab Perbedaan Distribusi Pendapatan Nasional
Timbul perbedaan tingkat pendapatan di tiap provinsi timbul, antara lain karena adanya perbedaan dalam kepemilikan sumber daya dan faktor produksi. Pihak yang memiliki faktor produksi yang lebih banyak akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak pula. Kemudian secara politis, karena adanya perbedaan pengambilan keputusan dan kebijakan pemerintah mengenai perekonomiannya. Dan secara sosiologis, dapat disebabkan perbedaan kultur dalam pembagian kerja dan etos kerja, serta perbedaan struktur masyarakat.
D. Koefisien Gini dan Kurva Lorentz
Gini Ratio (Koefisien Gini) biasanya ditunjukkan dengan Kurva Lorentz yang menunjukkan hubungan kuantitatif antara persentase penerimaan pendapatan penduduk dengan persentase pendapatan yang benar-benar diperoleh selama satu tahun. Kurva ini digunakan sebagai alat ukur distribusi pendapatan.
         
   Tabel 3.4 Kurva Lorentz
Menurut Bank Dunia
- Ketimpangan tinggi    : > 0.5
- Tinggi  : 40% kelompok termiskin dengan pengeluaran < 12% dari total Y.
- Sedang : 40% kelompok termiskin pengeluaran 12-17% dari total Y.
- Rendah : 40% kelompok termiskin dengan pengeluaran > 17% dari total Y.

E. Cara Meningkatkan Pendapatan Per Kapita
-          Memperbesar Gross National Product.
-          Menekan laju pertumbuhan jumlah penduduk.

5. TUJUAN & MANFAAT MEMPELAJARI PENDAPATAN NASIONAL
A. Tujuan
-          Mengetahui kemampuan dan pemerataan ekonomi masyarakat dan negara.
-          Memperoleh taksiran akurat tentang nilai barang/ jasa dalam satu tahun.
-           Membantu pemerintah dalam perencanaa dan pelaksanaan pembangunan.
-          Mengkaji dan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian negara.
B. Manfaat
-          Mengetahui struktur perekonomian negara (agraris, industri, atau jasa).
-          Mengetahui pertumbuhan perekonomian negara, dengan cara mebandingkan pendapatan nasional dari waktu ke waktu.
-          Dapat membandingkan perekonomian antar-daerah.
-          Dapat dijadikan dasar perbandingan dengan perekonomian negara lain.
-          Dapat membantu kebijakan pemerintah di bidang ekonomi.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan dari pembahasan mengenai pendapatan nasional di atas adalah, terdapat berbagai teori dan metode yang dapat digunakan untuk menentukan tingkatan-tingkatan unsur perekonomian negara. Selain itu, pembahasan di atas juga menyatakan bahwa Indonesia masih berada pada kondisi ekonomi negara miskin, dilihat dari GDP dan pendapatan per kapitanya.
            
Saran kepada pembaca adalah dengan modal pemahaman di atas, dapat turut serta memperlancar pembangunan negara. Dan selanjutnya mungkin dapat diperdalam materi pembahasan di atas pada kesempatan yang lain agar timbul pengembangan pemahaman yang lebih aplikatif untuk menyelesaikan masalah sosial-ekonomi yang ada.

Kami menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak terkait dalam penyelesaian makalah ini. Semoga bermanfaat.


DAFTAR PUSTAKA


Sukirno, Sadono. 2006. “Teori Ekonomi Makro”.  Jakarta.
http://data.worldbank.org/country/indonesia.html  diakses pada tanggal 9 November 2010 8:17 PM.
World Development Indicator Database World Bank, 27 September 2010 diakses pada tanggal 9 November 2010 8:18 PM.
www.indonesiamatters.com/946/wold-bank-on.poverty diakses pada tanggal 9 November 2010 8:17 PM.
www.worldbank.org/depweb/english/beyond global/chapter6 diakses pada tanggal 9 November 2010 8:18PM.
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_ekonomi_makro/bab3_pendapatan_nasional_di_indonesia.pdf diakses pada tanggal 11 November 2010 01.10 PM.
www.docstoc.com/docs/40735347/Pendapatan-Nasional diakses pada tanggal 11 November 2010 01.16 PM.

http://ocw.usu.ac.id/.../sep_204_slide_minggu_ke__03_:_pengukuran_pendapatan_nasional.pdf diakses pada tanggal 11 November 2010 01.23 PM.

1 komentar: